Rabu, 08 Agustus 2012

peradaban cina dan india


Peradaban Cina
Peradaban Cina adalah beradaban tertua yang hingga sekarang masih bisa dirasakan. Cina memiliki peran penting dalam perkembangan peradaban dunia. Hal itu bisa dilihat dari artefak-artefak yang ditinggalkan atau falsafah yang ditinggalkan. Sebagai salah satu peradaban besar, tentu saja sangatlah perlu untuk mengetahui system politik, ekonomi dan masyarakat pada masyarakat Cina.
Periodisisa sejarah Cina adalah:
A.    Pemerintahan
Dalam pemikiran Cina tradisional, jika pemerintah baru bertahan dalam kekuatannya, ia harus dapat membuktikan amanat dari surga untuk menjadi kaisar baru. Menurut filsuf dari orang-orang Tao, dulunya dinasti hanya dapat dibuktikan jika memiliki “mandat dari surga”, dan juga dipercaya dimana mandat dari dinasti tertentu telah dikeluarkan, hal tersebut akan mengalah pada pemberontak atau pemberontak istana. Di dalam pemikiran tradisional orang-orang Cina, kerajaan yang sesungguhnya hanya ada di surga, tetapi tetap yang melaksananakannya adalah orang-orang di dunia. Efek dari filosofi politik orang-orang Tao adalah sederhana dan praktis: setiap orang boleh mencoba keberuntungannya dengan pemberontakan jika dia sangat mengharapkannya. Apabila pemberontakannya gagal, kemudian yang membuat suatu percobaan dengan jelas tidak memiliki “mandat dari surga” dan biasanya mereka dieksekusi. Bagaimanapun, seorang pemberontak yang berhasil diambil sebagai bukti bahwa mandat dari surga benar-benar ada. Hal ini semata-mata hanyalah nyanyian kesuksesan saja. Setiap orang dapat menjadi seorang kaisar sepanjang ia dapat mengumpulkan kekuatannya.
Bagi Cina, the family was the state in miniature, the state the family writ large. Itu sebabnya Max Weber menyebut Cina sebagai “familistic state”. Penulis melihat bahwa dinasti Han yang lebih setia pada ajaran Konfusius. Menurut penulis artikel ini, akibat dari paham keluarga Cina yang ditafsirkan secara berbeda (salah) dengan apa yang dianjurkan oleh Konfuisus tentang sistem keluarga 3 generasi, Cina pernah mengalami krisis karena memberlakukan sistem three tyrannies (ruler, the father, and the husband). Three Tyrannies kemudian berkembang menjadi the three bonds (dalam bahasa Cina, sangang). The three bonds terdiri dari: relasi rulers-ministers; fathers-sons; and husbands-wifes. Tetapi rupanya paham ini berkembang lagi menjadi the three accordances atau three services: minister melayani ruler, anak melayani bapaknya, dan istri melayani suaminya (jadi tidak resiprokal, hanya pelayanan searah saja!). para pengagum three services, menganggap ini sumber dari segala keteratutan. Secara defacto, Paham three services masih sejalan dengan sistem tradisional Cina yang menekankan filial obligation dan filial piety.
Sistem three services tidak bersifat resiprokal sebagaimana yang diajarkan oleh Mencius (salah seorang murid Konfuisus). Mencius mengatakan: jika seorang pangeran merawat para pembantunya seperti tangan dan kakinya, mereka (para pembantunya) akan merawat pangeran itu seperti perut dan hati mereka. Jika pangeran merawat para pembantunya seperti kuda dan anjingnya, mereka akan merawatnya seperti seorang yang gila. Dan, jika seorang pangeran melihat para pembantunya seperti lumpur dan rerumputan, mereka juga akan melihat pangeran itu seperti seorang lawan.
Menurut Mencius, Konfusius mengajarkan bahwa keteraturan sosio-politik terjadi ketika ruler berkelakuan seperti ruler, minister berkelakuan seperti minister, dan father berkelakukan seperti father dan son berkelakukan seperti son; menurut Konfusius, hal ini yang ia sebut sebagai sumber knowledge, etika. Konfusian dari suku Han melihat bahwa Yin-Yang mengandung sistem resiprokal. Yin diidentikkan dengan minister, son and wife sedangkan Yang diidentikkan dengan ruler, father, husband. Oleh karena itu, three bonds bagi suku Han harus dilihat seperti relasi Yin-Yang.
Melihat uraian di atas, jelas bahwa Konfusius menolak sistem otoriter. Konfusius memberi tekanan pada saling adanya relasi secara etika dan bukan pada control kekuasaan yang otoriter. Seorang murid Konfusius, Xunzi mengatakan bahwa jika setiap orang bersikap hormat, tertib, tanpa cela, menghargai orang lain, saat itulah terjadi bahwa setiap orang bersaudara. Dalam sistem reciprocity, sistem absolut tidak berlaku. Karena dalam sistem reciprocity yang ditekankan adalah fleksibilitas, keutamaan (virtue). Dan, kekuatan relasi yang cocok dalam KBE tidak terletak dalam sistem kekuasaan absolut (husband, father, and ruler) melainkan pada authority yang membangun pengetahuan etika.

B.     Bentuk pemerintahan
Sistem pemerintahan yang digunakan ketika keakaisan Cina kuno masih berkuasa adalah sistem pemerintahan yang sentralistik. Sistem sentralistik ini bisa disetarakan dengan sikap absolutisme monarki. Sehingga dalam pelaksananany timbullah istilah “semua tanah adalah tanah raja dan semua orang adalah milik raja”.
Dalam pelaksanan pemerintahn raja juga memabgi tugas-tugas bawahan. Pada masa kekaisaran kaisar terdapat enam orang bawahan. Enam orang bawahan inilah yang akan melaksanakan perintah raja. Enam orang itu memiliki tugas: menteri surga, pembuat kebijakan; menteri bumi, menteri berkenaan dengan pendidikan; menteri musim semi, menteri berkenaan dengan pengadilan agama; menteri musim panas, meneteri berkenaan dengan administrasi keseharian; menteri menteri musim gugur, menteri berkenan dengan penjatuhan hukuman; menteri musim dingin, menteri yang berkenaan dengan logistik negara, termasuk pembiayaan proyek besar. Tiap menteri memiliki staff ratusan dari bagian-bagian. Kaisar jug amengontrol enam kekuatan militer, setiap regional memiliki tiga, dua atu satu yang disesuaikan dengan wilayah.




C.    Kemasyarakatan
Sistem keluarga Cina dipengaruhi oleh paham kekeluargaan Konfusius. Menurut Olga Lang, orangtua dalam sistem keluarga Cina berkewajiban mengajari anggota keluarganya tentang mekanisme Negara agar mereka bisa menerima ororitas Negara. Lucian Pye melihat bahwa kultur politik Cina menekankan interpendensi antara pemerintah dan keluarga. Karena, dalam masyarakat tradisional Cina, keluarga berperan untuk mengurangi kekacauan dalam institusi-institusi public, orangtua selalu menekankan order sosial dan kesejahteraan setiap anggota keluarga.
Relationship merupakan motor penggerak dalam politik ideologi kekeluargaan Cina. Implikasi politik dari sistem ini adalah bahwa dalam membangun ekonomi Cina, yang ditekankan adalah jaringan, relasi (untuk saling menolong). Kinship networks (jaringan kekeluargaan), menjadi pilar paradigma baru dalam kerangka kerja ekonomi Cina. Selain itu, yang mengakibatkan Cina mampu menguasai perekonomian secara global adalah etos kerja yang menekankan keuletan dan kerajinan. Ada tiga penjelasan etos kerja.
Pertama, dalam sistem keluarga Cina, etos kerja telah ditanamkan kepada anak-anak sejak kecil. Bagi Cina, kerja dihubungkan dengan kumpulan nilai yang kompleks, yang mencakup pengorbanan diri, rasa percaya, dan hemat yang dipandang sebagai dasar terakumulasinya kekayaan.
Kedua, etos kerja Cina berorientasi kelompok. Setiap individu berpartisipasi dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga, kemudian untuk kesejahteraan masyarakat.
Ketiga, orang Cina bekerja keras untuk mendapatkan imbalan materi. Dalam komunitas Cina perantauan (seperti di Singapura), kemakmuran, kenyamanan, dalam usia lanjut, menduduki posisi sentral dalam persepsi Cina tentang kehidupan yang baik.
Awalnya, bentuk ideal Cina adalah joint family: membangun ikatan kekeluargaan yang terdiri dari lima keturunan yang hidup secara bersama-sama dalam satu atap, sharing bersama, satu dapur bersama, saling berbagi keuntungan serta saling membantu, yang dikendalikan oleh seorang kepala keluarga. Pemerintah kekaisaran Cina tradisonal mengadopsi sistem kekeluargaan ini menjadi bentuk ideal untuk mencapai harmoni dalam sistem pemerintah. Tetapi secara defacto, sistem kekeluargaan yang dikendalikan oleh seorang kepala keluarga dan pemerintahan yang dikendalikan oleh monarkhi, mengakibatkan Cina terjerumus dalam sistem kekeluargaan dan pemerintahan yang sangat feodal (dan hal ini bertolak belakang dengan visi Konfusius yang selalu menekankan dimensi etika dalam menjalankan otoritas). Baru pada zaman dinasti Ming, sistem keperintahan yang feodal lamban laun mulai ditinggalkan. Sistem keluarga a la Konfusian menekankan etika kesalehan, sopan santun, keutamaan, menghargai orang lain. Pada abad 20-an, yang berkembang di dalam masyarakat Cina justru nuclear family (keluarga inti) dan stem family.
Kedua sistem kekeluargaan ini membangun jaringan kekeluargaan (kinship networks) yang lebih luas, tidak semata-mata secara bilogis tetapi jaringan kekeluargaan atas dasar kebajikan-etika. Banyaknya anggota keluarga dalam satu atap pun berkurang. Karena pada era itu, sistem yang cocok dengan bentuk ideal keluarga Cina (menurut kaum terpelajar Konfusian) adalah sistem 3 generasi (orangtua, anak, dan kakek-nenek). Pemerintah Singapura mempromosikan sistem 3 generasi ini dengan membangun rumah bagi mereka yang baru menikah dan ingin tinggal bersama dalam sistem 3 generasi.
Hubungan antara tiga dan lima keluarga a la Konfusian merupakan kunci relasi-relasi: ayah-anak, suami-istri, adik-kakak (sistem 3 generasi) dan sistem 5 generasi (ayah-anak, suami-istri, adik-kakak, kakek-cucu lelaki, dan paman-kemenakan lelaki). Konfusian lebih condong pada sistem 3 generasi. Bagi Konfusius, relasi antara ayah-anak, suami istri dan adik-kakak, seharusnya seperti itu relasi yang dibangun oleh aparat pemerintah (relasi kaisar-menteri, relasi menteri-rakyat, relasi kaisar-rakyat). Paham kekeluargaan Konfusian menekankan relationship atas dasar etika bukan relasi secara bilogis. Menurut Konfusius, walaupun hidup dalam satu atap, sharing secara bersama-sama belum tentu terbangun rasa solidaritas tanpa disertai sikap yang didasarkan pada moralitas (keutamaan).
Walaupun Konfusius menawarkan sistem kekeluargaan yang berbasis pada moralitas tetapi rupa-rupanya, masyarakat Cina ada yang menafsir ajaran Konfusius menjadi sangat kaku. Hal itu terjadi (misalnya) ketika orang Cina mengidentikkan family dengan jia. Jia adalah kepala keluarga yang bersifat otoriter, segalanya dia yang menentukan. Ajaran tentang jia yang menggiring Cina ke sistem tradisional keluarga yang subordinasi. Ketika seorang kaisar atau pemerintah memberlakukan paham ini dalam sistem keperintahan-an, saat itu Cina terperangkap dalam sistem pemerintah yang tirani, otoriter; sehingga demokrasi sulit mendapat tempat. Oleh karena itu, W. J. F. Jenner menyebut the Chinese family sebagai sebuah struktur yang otoiter.

D.    Ekonomi
Ekonomi Cina dibangun berdasarkan ekonomi agrarian. Ekonomi agrarioa tyang memiliki system feodalistik. Sistem bahwa penguasaan tanah memiliki peranan penting.
Pentingnya pertanian bagi Cina telah membawa perubahan pada sisitem teknologi pertanian juga. Sisitem pertanian yang diterapkan Cina pada waktu itu telah mengenal adanya sistem irigasi, rotasi tanaman pertanian, dan penggunaan hewan sebagai alat pertanian.
Cina juga tidak tergantung pada pertanian saja, namun telah mengembangkan hasil peternakan. Peternakan yang berkemabng dicina meliputi peternakan domba, kambing dan sapi. Selain adanya binatang ternak setiap penduduk juga memilki hewan untuk dipelihara, seperti lembu janta, babi dan ayam. Perekonomian Cina juag dibantu dengan adanya perburuan yang dilakukan penduduk.
Tidak hanya pertanian, Cina juga mengembangkan sistem perdagangan dengan dunia luar. Cina telah menjalin hubungan dagang pertama kali dengan melakuakn transaksi di sekitar Cina bagian utara dan laut Cina selatan. Perdagang yang dilakuakn berupa perdagangan besi, timah, cangkang penyu, dan produk kerajinan tangan. Dengan adanya perdagangan maka terjadilah pekembangan teknologi peleburan besi, munculnya kota-kota dagang, dan penggunaan uang.


E.     Dinasti pada peradaban Cina
1.   Dinasti Xia (2100 SM-1600 SM)
Dinasti Xia adalah dinasti pertama yang diceritakan dalam catatan sejarah seperti Catatan Sejarah Agung dan Sejarah Bambu. Dinasti ini didirikan oleh Yu yang Agung. Sebagian besar arkeolog sekarang menghubungkan Dinasti Xia dengan hasil-hasil ekskavasi di Erlitou, provinsi Henan, yang berupa temuan perunggu leburan dari sekitar tahun 2000 SM. Beragam tanda-tanda yang terdapat pada tembikar dan kulit kerang yang ditemukan pada periode ini, diduga adalah bentuk pendahulu dari aksara moderen Cina.
Menurut kronogi tradisional berdasarkan perhitungan Liu Xin, dinasti ini berkuasa antara 2205 SM sampai 1766 SM, sedangkan menurut Sejarah Bambu, pemerintahan dinasti ini adalah antara 1989 SM dan 1558 SM. Menurut Proyek Kronologi Xia Shang Zhou yang diselenggarakan oleh pemerintah Republik Rakyat Cina pada tahun 1996, dinasti ini berkuasa antara 2070 SM hingga 1600 SM.
2.   Dinasti Shang (1600 SM-1046 SM)

Dinasti Shang menurut sumber tradisional adalah dinasti pertama Cina. Menurut kronologi berdasarkan perhitungan Liu Xin, dinasti ini berkuasa antara 1766 SM dan 1122 SM, sedangkan menurut Sejarah Bambu adalah antara 1556 SM dan 1046 SM. Hasil dari Proyek Kronologi Xia Shang Zhou pemerintah Republik Rakyat Cina pada tahun 1996 menyimpulkan bahwa dinasti ini memerintah antara 1600 SM sampai 1046 SM. Informasi langsung tentang dinasti ini berasal dari inskripsi pada artefak perunggu dan tulang orakel, serta dari Catatan Sejarah Agung (Shiji) karya Sima Qian.

Temuan arkeologi memberikan bukti keberadaan Dinasti Shang sekitar 1600-1046 SM, yang terbagi menjadi dua periode. Bukti keberadaan Dinasti Shang periode awal (k. 1600-1300 SM) berasal dari penemuan-penemuan di Erlitou, Zhengzhou dan Shangcheng. Sedangkan bukti keberadaan Dinasti Shang periode kedua (k. 1300–1046 SM) atau periode Yin (), berasal dari kumpulan besar tulisan pada tulang orakel. Para arkeolog mengkonfirmasikan bahwa kota Anyang di provinsi Henan adalah ibukota terakhir Dinasti Shang,[19] dari sembilan ibukota lainnya. Dinasti Shang diperintah 31 orang raja, sejak Raja Tang sampai dengan Raja Zhou sebagai raja terakhir. Masyarakat Cina masa ini mempercayai banyak dewa, antara lain dewa-dewa cuaca dan langit, serta dewa tertinggi yang dinamakan Shang-Ti. Mereka juga percaya bahwa nenek moyang mereka, termasuk orang tua dan kakek-nenek mereka, setelah meninggal akan menjadi seperti dewa pula dan layak disembah. Sekitar tahun 1500 SM, orang Cina mulai menggunakan tulang orakel untuk memprediksi masa depan.

Para ilmuwan Barat cenderung ragu-ragu untuk menghubungkan berbagai permukiman yang sezaman dengan pemukiman Anyang sebagai bagian dari dinasti Shang.[22] Hipotesa terkuat ialah telah terjadinya ko-eksistensi antara Anyang yang diperintah oleh Dinasti Shang, dengan pemukiman-pemukiman berbudaya lain di wilayah yang sekarang dikenal sebagai "Cina sebenarnya" (China proper)

3.   Dinasti Zhou (1046 SM–256 SM)

Dinasti Zhou adalah dinasti terlama berkuasa dalam sejarah Cina yang menurut Proyek Kronologi Xia Shang Zhou berkuasa antara 1046 SM hingga 256 SM. Dinasti ini mulai tumbuh dari lembah Sungai Kuning, di sebelah barat Shang. Penguasa Zhou, Wu Wang, berhasil mengalahkan Shang pada Pertempuran Muye. Pada masa Dinasti Zhou mulailah dikenal konsep "Mandat Langit" sebagai legitimasi pergantian kekuasaan,[23] dan konsep ini seterusnya berpengaruh pada hampir setiap pergantian dinasti di Cina. Ibukota Zhou awalnya berada di wilayah barat, yaitu dekat kota Xi'an moderen sekarang, namun kemudian terjadi serangkaian ekpansi ke arah lembah Sungai Yangtze. Dalam sejarah Cina, ini menjadi awal dari migrasi-migrasi penduduk selanjutnya dari utara ke selatan.

v  Periode Musim Semi dan Musim Gugur (722 SM-476 SM)

Pada sekitar abad ke-8 SM, terjadi desentralisasi kekuasaan pada Periode Musim Semi dan Musim Gugur, yang diberi nama berdasarkan karya sastra Chun Qiu (Musim Semi dan Gugur). Pada zaman ini, pimpinan militer lokal yang digunakan Zhou mulai menunjukkan kekuasaannya dan berlomba-lomba memperoleh hegemoni. Invasi dari barat laut, misalnya oleh Qin, memaksa Zhou untuk memindahkan ibu kotanya ke timur, yaitu ke Luoyang. Ini menandai fase kedua Dinasti Zhou: Zhou Timur. Ratusan negara bermunculan, beberapa di antaranya hanya seluas satu desa, dengan penguasa setempat memegang kekuasaan politik penuh dan kadang menggunakan gelar kehormatan bagi dirinya. Seratus Aliran Pemikiran dari filsafat Cina berkembang pada zaman ini, berikut juga beberapa gerakan intelektual berpengaruh seperti Konfusianisme, Taoisme, Legalisme, dan Mohisme.

 


v  Periode Negara Perang (476 SM-221 SM)

Setelah berbagai konsolidasi politik, tujuh negara terkemuka bertahan pada akhir abad ke-5 SM. Meskipun saat itu masih terdapat raja dari Dinasti Zhou sampai 256 SM, namun ia hanya seorang pemimpin nominal yang tidak memiliki kekuasaan yang nyata. Pada masa itu, daerah tetangga dari negara-negara yang berperang juga ditaklukkan dan menjadi wilayah baru, antara lain Sichuan dan Liaoning; yang

kemudian diatur di bawah sistem administrasi lokal baru berupa commandery dan prefektur (/). Negara Qin berhasil menyatukan ketujuh negara yang ada, serta melakukan ekspansi ke wilayah-wilayah Zhejiang, Fujian, Guangdong, dan Guangxi pada 214 SM.[25] Periode saat negara-negara saling berperang hingga penyatuan seluruh Cina oleh Dinasti Qin pada tahun 221 SM, dikenal dengan nama "Periode Negara Perang", yaitu penamaan yang diambil dari nama karya sejarah Zhan Guo Ce (Strategi Negara Berperang)


4.   Dinasti Qin (221 SM–206 SM)

Dinasti Qin berhasil menyatukan Cina yang terpecah menjadi beberapa kerajaan pada Periode Negara Perang melalui serangkaian penaklukan terhadap kerajaan-kerajaan lain, dengan penaklukan terakhir adalah terhadap kerajaan Qi pada sekitar tahun 221 SM. Qin Shi Huang dinobatkan menjadi kaisar pertama Cina bersatu pada tahun tersebut. Dinasti ini terkenal mengawali pembangunan Tembok Besar Cina yang belakangan diselesaikan oleh Dinasti Ming serta peninggalan Terakota di makam Qin Shi Huang.

Beberapa kontribusi besar Dinasti Qin, antara termasuk terbentuknya konsep pemerintahan terpusat, penyatuan undang-undang hukum, diterapkannya bahasa tertulis, satuan pengukuran, dan mata uang bersama seluruh Cina, setelah berlalunya masa-masa kesengsaraan pada Zaman Musim Semi dan Gugur. Bahkan hal-hal yang mendasar seperti panjangnya as roda untuk gerobak dagang, saat itu mengalami penyeragaman demi menjamin berkembangnya sistem perdagangan yang baik di seluruh kekaisaran.

5.   Dinasti Han (206 SM–220)

Dinasti Han didirikan oleh Liu Bang, seorang petani yang memimpin pemberontakan rakyat dan meruntuhkan dinasti sebelumnya, Dinasti Qin, pada tahun 206 SM. Zaman kekuasaan Dinasti Han terbagi menjadi dua periode yaitu Dinasti Han Barat (206 SM - 9) dan Dinasti Han Timur (23 - 220) yang dipisahkan oleh periode pendek Dinasti Xin (9 - 23).

Kaisar Wu (Han Wudi 漢武帝/汉武帝) berhasil mengeratkan persatuan dan memperluas kekaisaran Cina dengan mendesak bangsa Xiongnu (sering disamakan dengan bangsa Hun) ke arah stepa-stepa Mongolia Dalam, dengan demikian merebut wilayah-wilayah Gansu, Ningxia, dan Qinghai. Hal tersebut menyebabkan terbukanya untuk pertama kali perdagangan antara Cina dan Eropa, melalui Jalur Sutra. Jenderal Ban Chao dari Dinasti Han bahkan memperluas penaklukannya melintasi pegunungan Pamir sampi ke Laut Kaspia.  Kedutaan pertama dari Kekaisaran Romawi tercatat pada sumber-sumber Cina pertama kali dibuka (melalui jalur laut) pada tahun 166, dan yang kedua pada tahun 284.

v Zaman Tiga Negara (220–280)

Zaman Tiga Negara (Wei, Wu, dan Shu) adalah suatu periode perpecahan Cina yang berlangsung setelah hilangnya kekuasaan de facto Dinasti Han. Secara umum periode ini dianggap berlangsung sejak pendirian Wei (220) hingga penaklukan Wu oleh Dinasti Jin (280), walau banyak sejarawan Cina yang menganggap bahwa periode ini berlangsung sejak Pemberontakan Serban Kuning (184).

6.   Dinasti Jin dan Enam Belas Negara (280-420)

Cina berhasil dipersatukan sementara pada tahun 280 oleh Dinasti Jin. Meskipun demikian, kelompok etnis di luar suku Han (Wu Hu) masih menguasai sebagian besar wilayah pada awal abad ke-4 dan menyebabkan migrasi besar-besaran suku Han ke selatan Sungai Yangtze. Bagian utara Cina terpecah menjadi negara-negara kecil yang membentuk suatu era turbulen yang dikenal dengan Zaman Enam Belas Negara (304 - 469).


7.   Dinasti Utara dan Selatan (420–589)

Menyusul keruntuhan Dinasti Jin Timur pada tahun 420, Cina memasuki era Dinasti Utara dan Selatan. Zaman ini merupakan masa perang saudara dan perpecahan politik, walaupun juga merupakan masa berkembangnya seni dan budaya, kemajuan teknologi, serta penyebaran Agama Buddha dan Taoisme.

8.   Dinasti Sui (589–618)

Setelah hampir empat abad perpecahan, Dinasti Sui berhasil mempersatukan kembali Cina pada tahun 589 dengan penaklukan Yang Jian, pendiri Dinasti Sui, terhadap Dinasti Chen di selatan. Periode kekuasaan dinasti ini antara lain ditandai dengan pembangunan Terusan Besar Cina dan pembentukan banyak lembaga pemerintahan yang nantinya akan diadopsi oleh Dinasti Tang.

9.   Dinasti Tang (618–907)

Pada 18 Juni 618, Li Yuan naik tahta dan memulai era Dinasti Tang yang menggantikan Dinasti Sui. Zaman ini merupakan masa kemakmuran dan perkembangan seni dan teknologi Cina. Agama Buddha menjadi agama utama yang dianut oleh keluarga kerajaan serta rakyat kebanyakan. Sejak sekitar tahun 860, Dinasti Tang mulai mengalami kemunduran karena munculnya pemberontakan-pemberontakan.

v Lima Dinasti dan Sepuluh Negara (907–960)

Antara tahun 907 sampai 960, sejak runtuhnya Dinasti Tang sampai berkuasanya Dinasti Song, terjadi suatu periode perpecahan politik yang dikenal sebagai Zaman Lima Dinasti dan Sepuluh Negara. Pada masa yang cukup singkat ini, lima dinasti (Liang, Tang, Jin, Han, dan Zhou) secara bergantian menguasai jantung wilayah kerajaan lama di utara Cina. Pada saat yang bersamaan, sepuluh negara kecil lain (Wu, Wuyue, Min, Nanping, Chu, Tang Selatan, Han Selatan, Han Utara, Shu Awal, dan Shu Akhir) berkuasa di selatan dan barat Cina.

10.  Dinasti Song, Liao, Jin, serta Xia Barat (960-1279)

Antara tahun 960 hingga 1279, Cina dikuasai oleh beberapa dinasti. Pada tahun 960, Dinasti Song (960-1279) yang beribu kota di Kaifeng menguasai sebagian besar Cina dan mengawali suatu periode kesejahteraan ekonomi. Wilayah Manchuria (sekarang dikenal dengan Mongolia) dikuasai oleh Dinasti Liao (907-1125) yang selanjutnya digantikan oleh Dinasti Jin (1115-1234). Sementara itu, wilayah barat laut Cina yang sekarang dikenal dengan provinsi-provinsi Gansu, Shaanxi, dan Ningxia dikuasai oleh Dinasti Xia Barat antara tahun 1032 hingga 1227.

11. Dinasti Yuan (1279–1368)

Antara tahun 1279 hingga tahun 1368, Cina dikuasai oleh Dinasti Yuan yang berasal dari Mongolia dan didirikan oleh Kublai Khan. Dinasti ini menguasai Cina setelah berhasil meruntuhkan Dinasti Jin di utara sebelum bergerak ke selatan dan mengakhiri kekuasaan Dinasti Song. Dinasti ini adalah dinasti pertama yang memerintah seluruh Cina dari ibu kota Beijing.Sebelum invasi bangsa Mongol, laporan dari dinasti-dinasti Cina memperkirakan terdapat sekitar 120 juta penduduk; namun setelah penaklukan selesai secara menyeluruh pada tahun 1279, sensus tahun 1300 menyebutkan bahwa terdapat 60 juta penduduk.[28] Demikian pula pada pemerintahan Dinasti Yuan terjadi epidemi abad ke-14 berupa wabah penyakit pes (Kematian Hitam), dan diperkirakan telah menewaskan 30% populasi Cina saat itu.

12. Dinasti Ming (1368–1644)

Sepanjang masa kekuasaan Dinasti Yuan, terjadi penentangan yang cukup kuat terhadap kekuasaan asing ini di kalangan masyarakat. Sentimen ini, ditambah sering timbulnya bencana alam sejak 1340-an, akhirnya menimbulkan pemberontakan petani yang menumbangkan kekuasaan Dinasti Yuan. Zhu Yuanzhang dari suku Han mendirikan Dinasti Ming setelah berhasil mengusir Dinasti Yuan pada tahun 1368.

Tahun 1449, Esen Tayisi dari bangsa Mongol Oirat melakukan penyerangan ke wilayah Cina utara, dan bahkan sampai berhasil menawan Kaisar Zhengtong di Tumu. Tahun 1542, Altan Khan memimpin bangsa Mongol terus-menerus mengganggu perbatasan utara Cina, dan pada tahun 1550 ia berhasil menyerang sampai ke pinggiran kota Beijing. Kekaisaran Dinasti Ming juga menghadapi serangan bajak laut Jepang di sepanjang garis pantai tenggara Cina; peranan Jenderal Qi Jiguang sangat penting dalam mengalahkan serangan bajak laut tersebut. Suatu gempa bumi terdasyat di dunia, gempa bumi Shaanxi tahun 1556, diperkirakan telah menewaskan sekitar 830.000 penduduk, yang terjadi pada masa pemerintahan Kaisar Jiajing.

Selama masa Dinasti Ming, pembangunan terakhir Tembok Besar Cina selesai dilaksanakan, sebagai usaha perlindungan bagi Cina atas invasi dari bangsa-bangsa asing. Meskipun pembangunannya telah dimulai pada masa sebelumnya, sesungguhnya sebagian besar tembok yang terlihat saat ini adalah yang telah dibangun atau diperbaiki oleh Dinasti Ming. Bangunan bata dan granit telah diperluas, menara pengawas dirancang-ulang, serta meriam-meriam ditempatkan di sepanjang sisinya.

13. Dinasti Qing (1644–1911)

Dinasti Qing (清朝, 16441911) didirikan menyusul kekalahan Dinasti Ming, dinasti terakhir Han Cina, oleh suku Manchu (滿族,满族) dari sebelah timur laut Cina pada tahun 1644. Dinasti ini merupakan dinasti feodal terakhir yang memerintah Cina. Diperkirakan sekitar 25 juta penduduk tewas dalam periode penaklukan Manchu atas Dinasti Ming (1616-1644).[32] Bangsa Manchu kemudian mengadopsi nilai-nilai Konfusianisme dalam pemerintahan mereka, sebagaimana tradisi yang dilaksanakan oleh pemerintahan dinasti-dinasti pribumi Cina sebelumnya.

Pada Pemberontakan Taiping (1851–1864), sepertiga wilayah Cina sempat jatuh dalam kekuasaan Taiping Tianguo, suatu gerakan keagamaan kuasi-Kristen yang dipimpin Hong Xiuquan yang menyebut dirinya "Raja Langit". Setelah empat belas tahun, barulah pemberontakan tersebut berhasil dipadamkan, tentara Taiping dihancurkan dalam Perang Nanking Ketiga tahun 1864. Kematian yang terjadi selama 15 tahun pemberontakan tersebut diperkirakan mencapai 20 juta penduduk.[33]

Beberapa pemberontakan yang memakan korban jiwa dan harta yang lebih besar kemudian terjadi, yaitu Perang Suku Punti-Hakka, Pemberontakan Nien, Pemberontakan Minoritas Hui, Pemberontakan Panthay, dan Pemberontakan Boxer.[34] Dalam banyak hal, pemberontakan-pemberontakan tersebut dan perjanjian tidak adil yang berhasil dipaksakan oleh kekuatan imperialis asing terhadap Dinasti Qing, merupakan tanda-tanda ketidakmampuan Dinasti Qing dalam menghadapi tantangan-tantangan baru yang muncul di abad ke-19.


PERADABAN INDIA


Keadaan geografis
Daerah India merupakan suatu jazirah benua Asia yang disebut dengan anak benua.Disebelah utara daerah India terbentang pegunungan Himalaya yang menjadi pemisah antara india dan daerah-daerah lain di Asia.
Antara pegunungan Himalaya dan Hindu Kush terdapat celah Kaiber. Celah kaiber inilah yang dilalui masyarakat India untuk melakukan aktivitashubugan dengan daerah-daerah lain di Asia.
Melalui celah itu bangsa-bangsa lain memasuki  wilayah India seperti bangsa Aria, Laskar Cyrus Agung, Iskandar Zulkarnaen dan Timur Lenk.
Di tengah-temgah daerah India terdapat pegunungan Windya. Pegunungan ini membagi India menjadi dua bagian : India utara dan India selatan.
Pada daerah India bagian utara mengalir mengalir sungai Shindu (Indus), Gangga, Ymuna, dan Brahmaputera. Daerah itu merupakan daerah subur sehingga sangat padat penduduknya.
India bagian selatan sangat berbeda keadaannya dengan India bagian utara. Daerahnya terdiridari bekit-bukit dan gunung-gunung yang kering dan tandus. Dataran tinggi di daerah India bagian selatan diberi nama dataran tinggi Dekkan. Dataran tinggi Dekkan kurang mendapat hujan sehingga daerahnya terdiri atas padang rumput savanna yang amat luas.


1.      Peradaban lembah sungai indus
a.   Pusat peradaban 
Kota mahenjo-daro di perkirakan sebagai pusat ibu kota daerah sungai shindu bagian selatan dan kota harappah sebagai ibu kota lembah sungai Shindu bagian utara. Mahenjo-daro dan Harappah merupakan pusat peradaban bangsa India pada masa lampau.
b.   Tata Kota
Pembangunan kota Mohenjo-daro dan Harappah didasarkan atas suatu perencanaan tata kota yang pasti dan teratur baik. Jalan-jalan di dalam kota sudah teratur dan lupus-lurus dengan lebarnya mencapai sekitar 10 m dan disebelah kanan kiri jalan terdapat trotoar dengan lebar setengah meter. Gedung-gedung dan rumah tinggal serta pertokoan di bangun secara teratur dan berdiri kokoh. Gedung-gedung, dan rumah tingla dan pertokoan itu sudah terbuat dari batu bata lumpur.
     Wilayah kota dibagi atas beberapa bagian atau blok. Masing-masing bagian atau blok berbentuk bujur sangrar atau empat perseguí panjang. Tiap-rtiap blok dibagi oleh lorong-lorong yang satu sama lain nya saling berpotongan. Dan juga dibangun gedung-gedung sebagai tempat untuk menjalankan pemerintahan. Lorong-lorong dan jalan-jalan dilengkapi dengan saluran air, sebagai tempat menyalurkan air dari rumah tangga ke sungai. Saluran-saluran itu divaga dengan baik kebersihannya sehingga tetap berfungsi dengan baik.
c.    Kesehatan
Teknik-teknik atau cara-cara pembangunan rumah yang telah memperhatikan factor-faktor kesehatan dan kebersihan lingkungan. Kamar-kamar dilengkapi dengan jendela-jendela yang lebar dan berhubungan langsung dengan udara bebas, sehingga perputaran dan pergantian udara cukup lancar. Disamping itu, saluran pembuangan limbah dari kamar mandi dan jamban yang ada didalam rumah dihubungkan langsung dengan jaringan saluran umum yang dibangun dan mengalir di bawah jalan, dimana pada setiap lorong terdapat saluran air menuju ke sungai.
d.   Sistem pertanian dan pengairan
Daerah-daerah yang berada di sepanjang lembah sungai shindu merupakan daerah-daerah yang subur. Di sepanjang lembah sungai shindu itu, mastyarakat mengusahakan pertanian, sehingga pertanian menjadi mata pencaharian utama masyarakat India. Pada perkembangan selanjutnya, masyarakat telah berhasil menyalurkan air yang mengalir di lembah sungai Shindu sampai jauh ke daerah pedalaman. Usaha ini dilakukan dengan cara membuat saluran-saluran irigasi dan mulai membangun daerah pertanian diwilayah pedalaman.
     Pembuatan saluran irigasi dan pembangunan daerah-daerah pertanian menunjukan bahwa masyarakat lembah sungai shindu telah memiliki peradaban yang tinggi. Hasil-hasil pertanian utamanya adalh : padi, gandul, gula, jelai, kapas, dan teh.
e.       Tegnologi
Mereka telah mampu membuat barang-barang terbuat dari emas dan perak, alat-alat rumah tangga, alat-alat pertanian, kain dari kapas, serta bangunan-bangunan. Kemampuan ini dapat diketahui melalui peninggalan-peninggalan budaza yang ditemukan, seperti bangunan kota Mohenjo-daro dan Harappah berbagai macam patung, perhiasan emas perak, dan berbagai macam materi dengan lukisannya bermutu tinggi.
     Juga di temukan alat-alat peperangan seperti tombak, pedang, dan anak panah. Disamping itu, ditemukan juga alat-alat peninggalan budaya berupa barang-barang dari tanah liat, terutama peralatan rumah tangga.
f.    Perekonomian
Masyarakat lembah sungai shindu sudah mengadakan hubungan dagang dengan bangsa sumeria di mesopotamia dan bangsa-bangsa dari negeri-negeri lainnya. Hal itu di buktikan dengan penemuan benda-benda dari lembah sungai shindu di sumeria.
     Kota sutkagedon memainkan peranan penting dalam perdagangan antara lembah sungai shindu dan bangsa sumeria. Kota sutkagedon merupakan kota perbatasan yang terletak di balukhistan. Perdagangan sumeria melalui sutkagedon dapat di lakukan dengan 2 cara yang pertama dengan jalan laut dapat dibuktikan melalui sebuah material dan pecahan benda-benda yang memuat gambar perahu layar. Kedua dengan jalan darat yang dapat dilaksanakan baik dengan mempergunakan tenaga kuda maupun unta. Hal ini di buktikan dengan di temukannya terracotta kereta kecil ( Teracotta = tanah liat yang dibakar )


g.   Pemerintahan
v  Candra Gupta Maurya
Candra Gupta Maurya menjadi raja pertama kerajaan Maurya pada masa pemerintahannya, daerah kekuasaan kerajaan Maurya diperluas kearah timur, sehingga sebagian besar daerah India bagian utara menjadi bagian dari kekuasaannya. Dalam waktu singkat, daerah kerajaan Maurya, sudah mencapai daerah sangat luas, yaitu daerah Kashmir di sebelah barat dan lembah sungai Gangga di sebelah timur.
v  Ashoka
Pada masa pemerintahan Ashoka ( 268 – 232 SM ) cucu Candra Gupta Maurya, kerajaan Maurya mengalami masa yang gemilang. Kalingga dan Dekkan berhasil dikuasai namun setelah ia menyaksikan korban bencana perang yang maha dahsyat di Kalingga, timbul penyesalan. Sejak saat itu ia tidak lagi melakukan peperangan, bahkan ia mencita-citakan perdamaian dan kebahagiaan umat manusia.
     Setelah Shoka meninggal kerajaannya terpecah belah menjadi kerajaan kecil. Peperangan sering terjadi dan baru abad ke 4 masehi muncul seorang raja yang berhasil mempersatukan kerajaan yang terpecah belah itu. Maka berdiri kerajaan Gupta dengan Candra Gupta I sebagai raja nya.
  1. Kepercayaan
Kepercayaan Masyarakat lembah sungai Shindu bersifat Polytheisme (memuja banyak dewa). Dewa-dewa yang di pujanya seperti Dewa bertanduk Besar, dan Dewa perempuan yang melambangkan kemakmuran serta kesuburan (Dewi Ibu).
Masyarakat lembah sungai shindu juga menyembah binatang-binatang seperti buaya, gajah dll, serta menyembah pepohonan seperti pohon pipal (beringin). Pemujaan tersebut dilakukan sebagai tanda terimakasih terhadap kehidupan yang dinikmatinya berupa kesejahteraan dan perdamaian.
  1. Peninggalan Kebudayaan
Dari hasil galian di kota Harappah di temukan beberapa arca yang masih sempurna bentuknya dan dua buah torso (arca yang telah hilang kepalanya). Salah satu torso mula-mula bertangan empat dan berkepala tiga. Berdiri diatas kaki kanan dan kaki kiri terangkat (patung ini mirip dengan  patung shiwa Nataraya dari zaman kesenian cola, India selatan).
v  Arca
Di kota Mohenjo-daro di temukan arca seorang pendeta berjanggut. Arca ini memakai pita yang melingkari kepalanya dan berpakaian baju yang berhias gambar-gambar yang menyerupai daun semanggi. Hiasan dengan daun semanggi juga lazim di pakai di daerah Mesopotamia, Mesir, dan Kreta. Arca yang lain ditemukan berbentuk gadis penari yang terbuat dari perunggu.
v  Alat-alat rumah tangga
Masyarakat lembah sungai shindu telah mengenal teknik perundagian. Peralatan-peralatan rumah tangga dan sensata telah terbuat dari benda-benda logam seperti perunggu. Pengetahuan teknik perundagian itu tidak dikenal oleh setiap orang sehingga untuk mewndapatkan benda-benda tersebut muncul sistem perekonomian.


2.      Peradaban Lembah sungai Gangga
a.      Pusat peradaban
Lembah sungai Gangaga terletak di antara pegunungan Hmalaya  dan pegunungan Widya-Kedna. Sungai itu bermata air di gunung Himalaya dan melalui kota-kota besar seprti Delkhi, Arga, Allhabad, Petna, Benares,melalui wilayah Bangladesh dan bermuara di teluk Benggala. Sungai Gangga bertemu dengan sungai  Kwen Lu. Dengan keadaan alam seperti ini tidak heran bila lembah sungau Gangga sangat subur.
     Pendukung operadsaban sungai Gangga adalah bangsa Ariua yang termasuk bangsa Indo German. Mereka datang dari daerah Kaukaqsus dan menyebar kearah timur. Kebudayaan sungai Gangga merupakan kebudayaan campuran antara Kebudayaan bangsaAria dengan bangsaa Dravida,. Kebuidayaan campuran itu lebih di kenal dengan sebutan kebudayaan Hindu. Hal ini di sesuaikan dengan nama daerah tempat bercampurnya kebudayaan, yaitu : daerah Shindu atau Hoindustan.
Peradaban lembah Sungai Gangga meninggal jejak yang sangat penting dalam sejarah umat manusia hingga kini. Di tempat ini muncul dua agama besa di dunia, yaitu Agama Hindu dan Budha.ahgama Hindu muncul lebih dahulu dari pada agama Budha. Agama Hindu lahir dari kebudayaan campuraan bangasa Aria dan Dravida itu. Bahkan peradaban dan kehidupan bangsa Hindu tersebut tercampur dalam kitab suci agama Hindu, yaitu kitab Weda, Brahmana, dan Upaniiat. Agama Hindu merupakan perwujudan dari sistem kepercayaan peradaban bangsa Hindu. Sungai Gnnga di angga sebagai tempat keramat dan suci bagi penganut agama Hindu India. Air sungai Gangga dapatr menyucikan diri manusia dan menghapus semua diosanya. Mereka memuja banyak dwa(Polytheisme).
Sementara itu, agama Budha lahir sebagai bentuk reaksi beberapa golongan  atas dasar ajaran kaum Brahmana.  Golongan ini di pimpin oleh Siddharta Gautama. Ia adalah seorang putra mahkota klerajaan Kapilawastu yang meninggalkan hidup penuh kemewahan dengan menempuh jalan kesederhanaan untuk menghindari penderitaan. Sekian sekian lama pencarian dgn jalan beretapa,ankirnya Siddarta mendapat sinar terang menjadi sang Budha yang berati ”yang di sinari”. Lambat laun agama Budha mulai diterima di masyarakat India dan menyerbar ke berbagai belahan dunia. Bahkan dalam perkembangan selanjutnya, kedua agama  atau budaya ini mempunyai pengaruh cukup besar dalam perkembangan sejarah dan budaya Indonesia di masa awal.
Pada dasarnya peradaban dan kehidupan bangsa Hindu telah tercantum dalam kitab suci Weda (Weda berarti pengetahuan), juga dalam kitab Brahmana dari Upanisad. Ketiga kitab itu menjadi dasar kehidupan orang-orang Hindu.
Kitab suci Weda merupakan kumpulan dari hasil pemikiran para pendeta (Resi). Pemikiran-pemikiran para pendeta (Resi) itu dibukukan oleh Resi Wiyasa.
Empat bagian Kitab Weda
·    Reg-Weda, berisi syair-syair pemujaan kepada dewa-dewa.
·    Sama-Weda, memuat nyanyian-nyanyian yang dipergunakan untuk memuja dewa-dewa.
·    Yayur-Weda, memuat bacaan-bacaan yang diperlukan untuk keselamatan.
·    Atharwa-Weda, memuat ilmu sihir untuk menghilangkan marabahaya.
Keempat buku itu ditulis pada tahun 550 SM dalam bahasa Sansekerta.
Ajaran agama Hindu memuja banyak dewa (polytheisme). Dewa utama yang dipuja dalam agama Hindu adalah Dewa Brahma sebagai pencipta, Dewa Wisnu sebagai pemelihara atau pelindung, Dewa Siwa sebaga pelebur (pembinasa/penghancur). Di samping itu, juga dipuja dewa-dewa seperti Dewi Saraswati (Dewi Kesenian), Dewi Sri (Dewi Kesuburan), Dewa Baruna (Dewa Laut), Dewa Bayu (Dewa Angin), Dewa Agni (Dewa Api), dan lain-lain.
Umat Hindu yang ada di India berjiarah ke tempat-tempat suci seperti kota Benares, yaitu sebuah kota yang dianggap sebagai tempat bersemayamnya Dewa Siwa.
Sungai Gangga juga dianggap keramat dan suci oleh umat Hindu. Menurut kepercayaan umat Hindu India, “air Sungai Gangga” dapat menyucikan diri manusia dan menghapus segala dosa.
Agama Budha muncul ketika beberapa golongan menolak dan menentang pendapat kaum Brahmana. Golongan ini dipimpin oleh Sidharta Gautama (531 SM).
Sidharta Gautama adalah putera mahkota dari kerajaan Kapilawastu (Suku Sakia). Ia termasuk kasta Ksatria. Setelah kurang lebih tujuh tahun mengalami berbagai cobaan berat, penyesalan dan penderitaan, akhirnya ia mendapatkan sinar terang di hati sanubarinya dan menjadilah Sidharta Gautama Sang Budha (artinya Yang Disinari).
Pertama kali Sang Budha berkotbah di Taman Rusa (Benares). Agama Budha tidak mengakui kesucian kitab-kitab Weda dan tidak mengakui aturan pembagian kasta di dalam masyarakat. Oleh karena itu ajaran agama Budha sangat menarik bagi golongan kasta rendah. Kitab suci agama Budha bernama Tripitaka (Tipitaka).

b.      Pemerintahan
Perkembang sistem pemerintaha di lembah sungai Gangga merupakan kelanjutan dari sistem pemerintahan masyarakat di daerah lembah sungai Shindu. Sejak runtuhnya kerajaan Maurya, keadaan menjadi kacau akibat terjadi peperangan antara kerajaan-kerajaan kecilyang ingin bwerkuasa. Kerajaan ini bareu dapat di aman kan kembali setelah munculnya kerajaan Gupta.
v  Kerajuaan Gupta
Didirakan oleh Raja Canda Gupta I (320-330 M) dengan pusatnya di lembah sungai Gangga. Pada masa pemerintahan raja Candra Gupta I, agam Hindu di jadikan agama negara, tetapi agam Budha tetap daopat berkembamng.
Keraqjaan Gupta mencapai masa yangf paling gemilang ketika raja Samudra Gupta (cucu Canra Gupta I)berkuasa. Seluruh lembah sungai gangga dan Lembah Sungai Shindu berhasil di kuasainya. Ia menetapkan kota Ayodhia sebagai ibu kota kerajaannya.
Raja Samudra Gupta di gantikan oleh anaknya yang bernama Canra Gupta II (375-415). Canra Gupta II terkenal sebagai wikramaditya seperti raja Gupta lainnya,ia beragama hindu. Namun , ia tidak memandang rendah dan ditak mempersulit agama Budha. Bahkan pada zama pemerintahannya berdiri Universitas Gupta sebagai perguruan tinggi agam Budha di Nalanda .
Dibawah pemerintahan canda Gupta II kehidupan rakyat makmur dan sejahtera, banyak gedung indah didirikan. Perdagangan dan pelayaran makin maju. Kesenian , ilmu pengetahuan, dan pendidikan berkembang pesat. Kesusasteraan mengalami masa yang gemilang, bahkan pada zaman ini terkenal seorang pujangga yang bernama Kalidasa dengan karangan berjudul ”SYAKUNTALA. Perkembvangan seni pahat dan seni patung mencapai kemajuan yang pesata, sehingga pahatan-pahatan dan patung-patung terkenal menghiasi kuil-kuil di SYANTA.
Setelah meninggalnya raja Candra Gupta II, kerajaan Gupta mulai mundur. Hanpir 2 abad, India mengalami masa kegelapan dan baru pada abad ke-7 tampil seorang raja kuat yang bernama Harsha Wardana.
v  Kerajaan Karsha
Ibu kota kerajaan Harsha adalah Kanay. Salah seorang rajanya , yaitu Harsha Wardana adalah seorang pujangga besar . pada zamannya kesusastraan dan pendidikan berkembang pesat pujangga yang terkenal poada masa kekuasaanmya bernama Puyjangga Bana dengan buku karanganyna yang berjudul Hasha Carita.
Pada mulanya raja Harsha memeluk agama Hindu, tepapi kemudian memeluk agama Budha. Wihara dan Stupa banyak di bangun di tepi sungai Gangga, juga tewmpat-tempat penginapan dan rumah-rumah sakit didirikan untuk memberikan pertolongan dengan Cuma-Cuma. Candi-candi yang rusak di perbaiki, bahkan candi-cadi baru di bangun.
Setelah masa pemerintahan raja Hasha Wardana hingga abad ke 11 M tidak pernah di ketahui adanya raja_yang berkuasa. India mengalami masa kegelapan.


c.       bentuk kebudayanya lembah saungai Gangga
Perkembangan kebudayaan masyarakat lembah Sungai Gangga mengalami banyuak kemajuan pada bidang kesenian. Kesusastraan, seni pahat dan seni patung berkembang pesat.  Kuil-kuil yang indah dari Syanta di bangun.
Daerah-daerah yang di duduki oleh bangsa Indo-Arya sering di sebut dengan Arya Varta ( negri bangsa Arya) atau Hindu Stan (tanah milik bangsa Hindu). Bangsa Daravida mengungsi ke daerah selatan, kebudayannya dikenal dengan nama kebudayaan Dravida.

Di Lembah Sungai Gangga inilah kebudayaan Hindu berkembang, baik di wilayah India maupun di luar India. Masyarakat Hindu memuja banyak dewa (Politeisme). Dewa-dewa tersebut, antara lain, Dewa Bayu (Dewa Angin), Dewa Baruna (Dewa Laut), Dewa Agni (Dewa Api), dan lain sebagainya. Dalam agama Hindu dikenal dengan sistem kasta, yaitu pembagian kelas sosial berdasarkan warna dan kewajiban sosial. Dalam perkembangan selanjutnya, sistem kasta inilah yang menyebabkan munculnya agama Buddha. Hal ini dipelopori oleh Sidharta Gautama.
Agama Buddha mulai menyebar ke masyarakat India setelah Sidharta Gautama mencapai tahap menjadi Sang Buddha. Agama Buddha terbagi menjadi dua aliran, yaitu Buddha Mahayana dan Buddha Hinayana. Peradaban Sungai Gangga meninggalkan beberapa bentuk kebudayaan yang tinggi seperti kesusastraan, seni pahat, dan seni patung. Peradaban dari lembah sungai ini kemudian menyebar ke daerah-daerah lain di Asia termasuk di Indonesia.
















DAFTAR PUSTAKA
T’ung-tsu Ch’ii, Han Social Structure. Seattle:University of Washington Press, 1967.
Artikel : State anad Society
“Sejarah Permulaan Cina”, http:/www.Asiamaya.com/ (dl:2 Maret 2008), 1hlm
“China Zaman Silam”, http:/media.cla.auburn.edu/history/gs/descriptions/ 7400.htm. (dl: 2 Maret 2008). 1 hlm
http://kumpulan-tugas-sekolahku.blogspot.com/2012/03/sejarah-peradaban-cina-kuno.html
http://makalahku-chandras.blogspot.com/2011/04/peradaban-lembah-sungai-shindu-dan.html
id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Cina#Dinasti_Xia_.282100_SM-1600_SM.29
Drs.Badrika, I,WayanM.si sejarah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar